HADISDAN AYAT ALQURAN TENTANG IMAN Sesungguhnya nikmat Allah Jalla wa 'Ala sangat banyak tak terhingga. Sebagaimana firman-Nya, Dengan keimanan, seorang mukmin akan berjumpa dan memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb Yang Mahamulia. Dan ini adalah kenikmatan tersbesar yang diperoleh oleh ahlul iman. Allah berfirman, Artinya " Wahai orang-orang yang beriman!Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."(QS.Al-Baqarah: 153).. Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir tentang surat Al-Baqarah ayat 153 bahwa setelah Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk bersyukur kepada Allah SWT, maka dari surat Al-Baqarah ayat 153 ini diperintahkan untuk bersabar Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." AyatQur'an tentang Allah menanamkan keraguan pada orang yang tidak menggunakan pikiran . Tuntunan Ibadah Indeks Surat Qur'an Indeks Tematik Ayat Qur'an Indeks Artikel Tuntunan Ibadah Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman. Jumat, 5 Agustus 2022 | 7 Muharram 1444; Masuk Pengelola Lembaga Login Member Register. Yangdemikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. - (Q.S Al-Ahzab: 59) Itulah beberapa ayat alquran tentang hijab dan jilbab. Semoga bermanfaat dan semakin memantapkan iman dan ketakwaan kita sebagai muslimah untuk senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah. nZb24P. Khutbah Iุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ู‡ุฏุงู†ุง ุณุจู„ ุงู„ุณู„ุงู…ุŒ ูˆุฃูู‡ู…ู†ุง ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุงู„ูƒุฑูŠู…ุŒ ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡ุŒ ุฐูˆ ุงู„ุฌู„ุงู„ ูˆุงู„ุฅูƒุฑุงู…ุŒ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ุณูŠุฏู†ุง ูˆู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆ ุฑุณูˆู„ู‡ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆ ุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู‡ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ูˆุงู„ุชุงุจุนูŠู† ุจุฅุญุณุงู† ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฃู…ุง ุจุนุฏ ููŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฅุฎูˆุงู†ุŒ ุฃูˆุตูŠูƒู… ูˆ ู†ูุณูŠ ุจุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡ ูˆุทุงุนุชู‡ ู„ุนู„ูƒู… ุชูู„ุญูˆู†ุŒ ู‚ุงู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ููŠ ุงู„ู‚ุฑุงู† ุงู„ูƒุฑูŠู… ุฃุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ุงู„ุฑุฌูŠู…ุŒ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู… ูŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ูˆู„ูˆุง ู‚ูˆู„ุง ุณุฏูŠุฏุงุŒ ูŠุตู„ุญ ู„ูƒู… ุฃุนู…ุงู„ูƒู… ูˆูŠุบูุฑู„ูƒู… ุฐู†ูˆุจูƒู…ุŒ ูˆู…ู† ูŠุทุน ุงู„ู„ู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ูู‚ุฏ ูุงุฒ ููˆุฒุง ุนุธูŠู…ุง. ูˆู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ ูŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุญู‚ ุชู‚ุงุชู‡ ูˆู„ุงุชู…ูˆุชู† ุงู„ุง ูˆุฃู†ุชู… ู…ุณู„ู…ูˆู†ุŒ ุตุฏู‚ ุงู„ู„ู‡ Jumโ€™ah rahimakumullah...Rasulullah SAW bersabda bahwa kelak pada hari Kiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada tujuh golongan orang. Salah satu di antaranya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah sebagaimana penggalan hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA berikut iniูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŽุงู†ู ุชูŽุญูŽุงุจูŽู‘ุง ูููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุงุฌู’ุชูŽู…ูŽุนูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุชูŽููŽุฑูŽู‘ู‚ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูArtinya โ€œDua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah semata-mata karena Allah.โ€Contoh terbaik dua orang seperti itu adalah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yang kisah kebersamaan mereka karena cintanya kepada Allah SWT diabadikan di dalam Al-Qurโ€™an, Surah Al-Kahfi, ayat 65โ€“82. Secara ringkas kisah kebersamaan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dapat dijelaskan sebagai berikut Nabi Musa AS bertemu Nabi Khidir AS dan kemudian menjalin kebersamaan dengan mengikuti ke mana Nabi Khidir AS pergi. Dalam kebersamaan ini Nabi Musa AS ingin mengetahui ilmu haqiqat dari Nabi Khidir AS. Nabi Khidizir menyetujui maksud Nabi Musa AS tersebut dengan syarat Nabi Musa AS harus bersabar dengan tidak boleh menanyakan alasan mengapa Nabi Khidir AS melakukan sesuatu hingga Nabi Khidir AS sendiri berkenan menjelaskannya di saat yang menurutnya tepat. Sidang Jumโ€™ah rahimakumullah...Nabi Musa AS menyatakan setuju atas persyaratan tersebut. Nabi Khidir AS menerima janji Nabi Musa AS itu walaupun sebetulnya dari awal Nabi Khidir AS sudah tahu bahwa Nabi Musa AS tidak akan bisa menepati janji-janjinya. Namun demikian Nabi Khidir AS perlu membuktikan hal itu dengan memberi kesempatan kepada Nabi Musa AS untuk mengikuti ke mana Nabi Khidir AS pergi guna mendapatkan pengetahuan tentang ilmu proses pembelajaran mulai berlangsung, terbuki bahwa Nabi Musa AS tidak bisa menepati janjinya karena setiap kali Nabi Khidir AS melakukan sesuatu, Nabi Musa AS selalu meminta penjelasan segera dari Nabi Khidir AS mengapa perbuatan itu dilakukan. Sikap Nabi Musa AS yang seperti ini menurut Nabi Khidir AS menujukkan ketidak sabaran Nabi Musa AS dalam menunggu penjelasan sehingga merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah disetuji bersama. Hal seperti ini berlangsung hingga tiga kali yang berarti Nabi Musa AS melanggar janjinya hingga sejumlah itu. Sidang Jumโ€™ah rahimakumullah...Setelah Nabi Musa AS melakukan pelanggaran sebanyak tiga kali, Nabi Khidir AS memutuskan mengakhiri kebersamaanya dengan Nabi Musa AS. Namun sebelum mereka berpisah, Nabi Khidir AS dengan senang hati dan penuh keikhlasan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang kemudian dipertanyakan alasannya selama kebersamaanya dengan Nabi Musa AS. Penjelasan itulah yang sebenarnya merupakan ilmu haqiqat yang akan disampaikan kepada Nabi Musa AS sesuai permintannya. Penjelasan tersebut disampaikan sekaligus untuk mengakhiri kebersamaannya dengan Nabi Musa AS karena Nabi Musa AS sendiri mengatakan apabila melanggar janji hingga tiga kali maka Nabi Khidir AS dapat mengakhiri kebersamaan itu. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam ayat 76 ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู† ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชููƒูŽ ุนูŽู† ุดูŽูŠู’ุกู ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ูŽุง ููŽู„ูŽุง ุชูุตูŽุงุญูุจู’ู†ููŠ ู‚ูŽุฏู’ ุจูŽู„ูŽุบู’ุชูŽ ู…ูู† ู„ู‘ูŽุฏูู†ู‘ููŠ ุนูุฐู’ุฑู‹ุงArtinya Dia Musa berkata "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar menerima alasan dariku.โ€Penjelasan sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-Kahfi tentang tiga hal yang dilakukan Nabi Khidir AS selama kebersamaanya dengan Nabi Musa AS adalah sebagai berikut 1. Perahu yang dilubangi Nabi Khidir AS adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Nabi Khidir AS merusak perahu tersebut dengan membuatnya cacat agar tidak dirampas oleh raja yang melakukan operasi perampasan terhadap setiap perahu yang kondisinya baik. Sang raja telah berada di belakang mereka. Dengan perahu yang keadaannya cacat sang raja tidak tertarik untuk merampas perahu tersebut. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat 79. ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽูููŠู†ูŽุฉู ููŽูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู„ูู…ูŽุณูŽุงูƒููŠู†ูŽ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ููŽุฃูŽุฑูŽุฏุชู‘ู ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุนููŠุจูŽู‡ูŽุง ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุฑูŽุงุกู‡ูู… ู…ู‘ูŽู„ููƒูŒ ูŠูŽุฃู’ุฎูุฐู ูƒูู„ู‘ูŽ ุณูŽูููŠู†ูŽุฉู ุบูŽุตู’ุจู‹ุงArtinya โ€œAdapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku ingin membuat perahu itu cacat karena di belakang mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap perahu yang tidak cacat.โ€2. Seorang bocah laki-laki yang dibunuh Nabi Khidir AS adalah seorang anak yang kedepannya akan menjadi anak durhaka. Padahal kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan saleh. Dari pada kedua orang tua itu menuruti anaknya sehingga menjadi ikut tersesat dan kafir, maka dibunuhlah anak itu oleh Nabi Khidir AS, dengan maksud menyelamatkan kedua orang tuanya dari kesesatan dan kekafiran. Selain itu, Nabi Khidir AS juga berharap Allah SWT akan mengganti anak itu dengan anak saleh yang berbakti dan mencintai kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat ุงู„ู’ุบูู„ูŽุงู…ู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽุจูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽูŠู’ู†ู ููŽุฎูŽุดููŠู†ูŽุง ุฃูŽู† ูŠูุฑู’ู‡ูู‚ูŽู‡ูู…ูŽุง ุทูุบู’ูŠูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽูƒููู’ุฑู‹ุง. ููŽุฃูŽุฑูŽุฏู’ู†ูŽุง ุฃูŽู† ูŠูุจู’ุฏูู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฑูŽุจู‘ูู‡ูู…ูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ู…ู‘ูู†ู’ู‡ู ุฒูŽูƒูŽุงุฉู‹ ูˆูŽุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจูŽ ุฑูุญู’ู…ู‹ุงArtinya โ€œDan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.โ€3. Dinding rumah yang hampir roboh itu adalah milik dua orang anak muda yang sudah yatim di kota itu. Di bawah dinding rumah itu terdapat harta benda simpanan bagi mereka berdua. Ayah mereka adalah orang saleh. Allah menghendaki agar harta simpanan itu bisa sampai kepada kedua anak itu hingga mereka dewasa dan dapat mengambil simpanan itu sebagai rahmat dari Allah SWT. Selanjutnya Nabi Khidir AS menjelaskan bahwa semua yang beliau lakukan itu bukanlah kemauannya sendiri melainkan perintah dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Kahfi, ayat ุงู„ู’ุฌูุฏูŽุงุฑู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูุบูู„ูŽุงู…ูŽูŠู’ู†ู ูŠูŽุชููŠู…ูŽูŠู’ู†ู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุฏููŠู†ูŽุฉู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุชูŽุญู’ุชูŽู‡ู ูƒูŽู†ุฒูŒ ู„ู‘ูŽู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽุจููˆู‡ูู…ูŽุง ุตูŽุงู„ูุญู‹ุง ููŽุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุจู’ู„ูุบูŽุง ุฃูŽุดูุฏู‘ูŽู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽุฎู’ุฑูุฌูŽุง ูƒูŽู†ุฒูŽู‡ูู…ูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ู…ู‘ูู† ุฑู‘ูŽุจู‘ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ููŽุนูŽู„ู’ุชูู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุชูŽุฃู’ูˆููŠู„ู ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ุทูุน ุนู‘ูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุตูŽุจู’ุฑู‹ุงArtinyaโ€œAdapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya."Sidang Jumโ€™ah rahimakumullah...Pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS di atas adalah a. Apa yang dilakukan Nabi Khidir AS, yakni 1 Secara sengaja dan sepihak melubangi sebuah perahu yang bukan miliknya; 2 Secara sengaja dan sepihak membunuh seorang bocah laki-laki padahal anak tersebut tidak melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan 3 Secara sengaja dan sepihak memperbaiki dinding rumah orang lain yang hampir roboh sehingga tidak menarik bayaran dari pemiliknya, merupakan pelajaran yang diperlukan Nabi Musa AS untuk menambah wawasan keilmuannya mengingat ketiga hal di atas berdasarkan perintah langsung atau wahyu dari Allah SWT. Namun demikian, kita tahu bahwa kita semua bukanlah para nabi sebagaimana Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yang memiliki sifat maโ€™shum, yakni terjaga oleh Allah SWT dari dosa dan kesalahan besar, tetapi kita semua adalah manusia biasa. Artinya pelajaran yang diberikan Nabi Khidir AS kepada Nabi Musa AS itu memang bukan untuk kita sebagai orang awam sehingga kita tidak diperbolehkan meniru Nabi Khidir AS begitu saja yang dalam kasus pertama, kedua dan ketiga bertentangan atau setidaknya tidak sejalan dengan ilmu syariโ€™at yang dipegang Nabi Musa AS. Maka bisa dimengerti Nabi Musa AS selalu mengajukan pertanyaan atas apa yang telah dilakukan Nabi Khidir AS meskipun sudah berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu. Justru sikap Nabi Musa AS yang selalu berpegang teguh pada ilmu syariโ€™at itulah yang sesungguhnya menjadi fokus perhatian kita sebagai orang awam. Bagi kita, Ilmu syariโ€™at sesungguhnya sudah mengatur bahwa dalam hal-hal tertentu seperti keadaan darurat yang memaksa, kita diperbolehkan mencari alternatif atau jalan keluar yang dalam kondisi normal dilarang. Karena sifatnya darurat maka tidak boleh berlebihan dalam melaksanakannya. b. Kedua laki-laki itu, yakni Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS bersepakat untuk menjalin kebersamaan karena didorong niat bersama untuk beribadah kepada Allah. Nabi Musa AS ingin berguru mencari ilmu haqiqat dari Nabi Khidir AS, dan Nabi Khidir AS sendiri bersedia memberikan ilmunya kepada Nabi Musa AS dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati bersama. Ketika kemudian Nabi Musa AS melanggar syarat-syarat itu, maka demi menghormati apa yang telah disepakati bersama mereka rela berpisah sebagaimana kesepakatan bersama. Perpisahan tersebut berlangsung dengan indah seindah saat awal bertemunya karena tidak ada perasaan dendam apalagi sikap saling membenci atau permusuhan diantara mereka. Nabi Musa AS menghormati ilmu hakikat yang dipegangi Nabi Khidir AS. Demikian pula sebaliknya Nabi Khidir menghormati ilmu syariat yang dipegang teguh Nabi Musa AS dan harus ditaati umatnya. Kedua ilmu itu benar karena sama-sama bersumber dari Allah SWT. Yang membedakan Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS adalah bahwa Nabi Musa AS adalah seorang nabi sekaligus rasul, sedangkan Nabi Khidir AS adalah seroang nabi saja di mana wahyu yang diterimanya hanya untuk dirinya sendiri dan tidak ada kewajiban menyampaikannya kepada orang lain. Kedua nabi itu berkumpul karena Allah, berpisah pun karena Allah. Mereka hanya berpisah secara raga tetapi hati mereka tetap menyatu dan saling mendoakan. Sidang Jumโ€™ah rahimakumullah...Demikianlah salah satu contoh tentang dua orang laki-laki yang oleh Rasulullah SAW dikatakan akan mendapatkan perlidungan dari Allah SWT pada hari Kiamat. Pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali perlindungan dari Allah SWT. Contoh lain yang serupa atau mirip di zaman kita sekarang tentu dapat kita gali sendiri di lingkungan kita masing-masing. Prinsipnya adalah dua orang berkumpul karena Allah dan berpisahpun karena Allah yang dilandasi cinta kepada-Nya dan bukan karena didorong oleh nafsu yang bersumber dari ajakan setan. Semoga uraian di atas menginspirasi kita semua dalam berkumpul dan berpisah dengan orang lain sehingga kita pun kelak termasuk orang-orang yang akan mendapat perlindungan dari Allah SWT di hari Kiamat. Amin ya rabbal alamin. ุฌุนู„ู†ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงูŠุงูƒู… ู…ู† ุงู„ูุงุฆุฒูŠู† ุงู„ุงู…ู†ูŠู†ุŒ ูˆุงุฏุฎู„ู†ุง ูˆุงูŠุงูƒู… ููŠ ุฒู…ุฑุฉ ุนุจุงุฏู‡ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ุงุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ุงู„ุฑุฌูŠู…ุŒ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ุงู† ุงู„ุฑุญูŠู… ูŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ูˆู„ูˆุง ู‚ูˆู„ุง ุณุฏูŠุฏุง. ุจุงุฑูƒ ุงู„ู„ู‡ ู„ูŠ ูˆู„ูƒู… ููŠ ุงู„ู‚ุฑุงู† ุงู„ุนุธูŠู… ูˆู†ูุนู†ูŠ ูˆุงูŠุงูƒู… ุจู…ุง ู ูŠู‡ ู…ู† ุงู„ุงูŠุงุช ูˆุงู„ุฐูƒุฑุงู„ุญูƒูŠู…ุŒ ูˆุชู‚ุจู„ ู…ู†ูŠ ูˆู…ู†ูƒู… ุชู„ุงูˆุชู‡ ุงู†ู‡ ู‡ูˆ ุงู„ุบููˆุฑ ุงู„ุฑุญูŠู…ุŒ ูˆู‚ู„ ุฑุจ ุงุบูุฑ ูˆุงุฑุญู… ูˆุงู†ุช IIุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุงูƒุฑู…ู†ุง ุจุฏูŠู† ุงู„ุญู‚ ุงู„ู…ุจูŠู†ุŒ ูˆุงูุถู„ู†ุง ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุงู„ูƒุฑูŠู…ุŒ ุงุดู‡ุฏ ุงู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡ุŒ ุงู„ู…ู„ูƒ ุงู„ุญู‚ ุงู„ู…ุจูŠู†ุŒ ูˆุงุดู‡ุฏ ุงู† ุณูŠุฏู†ุง ูˆู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆ ุฑุณูˆู„ู‡ุŒ ุณูŠุฏุงู„ุงู†ุจูŠุงุก ูˆุงู„ู…ุฑุณู„ูŠู†ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆ ุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุงู„ุชุงุจุนูŠู† ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ู… ุจุงุญุณุงู† ุงู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุงู…ุง ุจุนุฏ ููŠุงูŠู‡ุงุงู„ู†ุงุณ ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆุงูุนู„ูˆุงุงู„ุฎูŠุฑุงุช ูˆุงุฌุชู†ุจูˆุง ุนู† ุงู„ุณูŠุฆุงุชุŒ ูˆุงุนู„ู…ูˆุงุงู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุงู’ู…ุฑูƒู… ุจุงู…ุฑุจุฏุงู’ ููŠู‡ ุจู†ูุณู‡ุŒ ูู‚ุงู„ ุนุฒ ู…ู† ู‚ุงุฆู„ ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูˆู…ู„ุงุฆูƒุชู‡ ูŠุตู„ูˆู† ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุจู‰ุŒ ูŠุงุฃูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุฃู…ู†ูˆุง ุตู„ูˆุง ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ูˆุง ุชุณู„ูŠู…ุง. ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ู‘ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆ ุนู„ู‰ ุขู„ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุช ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ุงู„ุงุญูŠุงุก ู…ู†ู‡ู… ูˆุงู„ุงู…ูˆุงุช ุงู†ูƒ ุณู…ูŠุน ู‚ุฑูŠุจ ู…ุฌูŠุจ ุงู„ุฏุนูˆุงุชุŒ ูˆุบุงูุฑ ุงู„ุฐู†ูˆุจ ุงู†ูƒ ุนู„ู‰ ูƒู„ ุดูŠุฆ ู‚ุฏูŠุฑ. ุฑุจู†ุง ุงุบูุฑ ู„ู†ุง ุฐู†ูˆุจู†ุง ูˆู„ุฅุฎูˆุงู†ู†ุง ุงู„ุฐูŠู† ุณุจู‚ูˆู†ุง ุจุงู„ุฅูŠู…ุงู† ูˆู„ุง ุชุฌุนู„ ููŠ ู‚ู„ูˆุจู†ุง ุบู„ุง ู„ู„ุฐูŠู† ุขู…ู†ูˆุง ุฑุจู†ุง ุฅู†ูƒ ุฑุกูˆู ุฑุญูŠู…ุŒ ุฑุจู†ุง ุขุชู†ุง ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุณู†ุฉ ูˆููŠ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ุญุณู†ุฉ ูˆู‚ู†ุง ุนุฐุงุจ ุงู„ู†ุงุฑ. ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†. ุนุจุงุฏุงู„ู„ู‡ุŒ ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุฃู…ุฑ ุจุงู„ุนุฏู„ ูˆุงู„ุฅุญุณุงู† ูˆุฅูŠุชุงุก ุฐูŠ ุงู„ู‚ุฑุจู‰ ูˆูŠู†ู‡ู‰ ุนู† ุงู„ูุญุดุงุก ูˆุงู„ู…ู†ูƒุฑ ูˆุงู„ุจุบูŠ ูŠุนุธูƒู… ู„ุนู„ูƒู… ุชุฐูƒุฑูˆู†. ูุงุฐูƒุฑูˆุงุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุธูŠู… ูŠุฐูƒุฑูƒู… ูˆุงุดูƒุฑูˆู‡ ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ูŠุฒุฏูƒู… ูˆู„ุฐูƒุฑุงู„ู„ู‡ Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta Oleh H KarmanSetiap Muslim tentu ingin -setidaknya merasakan- bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan, berjumpa dengan Allah SWT hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, sampai pergi ke tempat-tempat suci seperti Makkah untuk berhaji dan umrah. Tentu anggapan ini tidak salah, namun tidak seratus persen benar. Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, ibadah tersebut tidak hanya sia-sia tidak bermakna tapi juga bisa mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya. Shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial disebut dalam Alquran sebagai shalat sahun lalai dan pengamalnya digelari sebagai pendusta agama. Shalat model begini alih-alih berpahala atau dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, malah yang ada ancaman kecelakaan neraka wail. Sebagaimana firman Allah SWT, โ€œTahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang yang berguna.โ€ QS al-Maun 1-7.Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia. Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan, tapi satu yang lain harus saling berhubungan. Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran zakat, infak, dan akhlak baik. Mengenai hal tersebut ditegaskan oleh Alquran, โ€œDan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat.โ€ QS al-Baqarah 110. โ€œ.... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.โ€ QS al-Ankabut 45.Pandangan Islam seperti di atas menyadarkan kita bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak hanya dapat dilakukan melalui shalat, doa, zikir, atau ibadah ritual lainnya. Tapi, dapat juga melalui pengkhidmatan pelayanan terhadap sesama manusia. Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT adalah mendapat pertolongan dari-Nya. Sabda Nabi SAW, โ€œAllah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.โ€ HR Muslim.Bahkan, di dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman, โ€œWahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.โ€โ€œWahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.'' ''Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.โ€ HR Muslim.Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian. Wallahu alam.

ayat tentang berjumpa dengan allah